Kesaksian dari Tsunami Aceh

10714316_10152601604393423_7520853824639537244_o

~Tsunami Aceh, 26 Desember 2004~

Kesaksian ini aku dengar saat Persekutuan Doa Medco, 28 Juni 2013
Aku duduk diam di bagian paling belakang, menanti kebaktian di mulai
Dan pendeta-pun datang

Jujur, aku sedikit menghakimi saat aku melihat penampilan beliau
Pendeta ini berpenampilan keren dan cukup stylish, jauh dari kesederhanaan
Cara bicaranya pun, jauh dari sosok berwibawa

Melihat pendeta itu
Dalam hatiku, aku berkata:
“Akh… lagi-lagi pendeta yang hanya mengucapkan berkat dan berkat, seperti biasa”

Aku tidak mau membela diri di hadapanmu
Tetapi memang relatif sering pendeta yang diundang adalah “pendeta berkat”
Dengan jeans ketat, dengan jam tangan mengkilap,
dengan baju kotak-kotak agak norak, dengan sepatu koboi,
dengan tab, dengan cincin besar, dengan rambut macho
Akhhh… aku tidak mau menghakimi
Tetapi penampilan luar memang sangat menggodaku untuk kecewa dan menghakimi
Maafkan aku Tuhan

Tetapi kali ini berbeda
Nampaknya penampilan beliau yang beken memang bagian dari cara dia menjangkau
Aku baru benar-benar tersadar setelah beliau bersaksi tentang pelayanannya
Pelayanannya di Tanah Nangroe Aceh Darussalam

Beliau adalah gembala suatu gereja karismatik di Medan, seingatku
Di tengah-tengah pelayanannya, dia ditugaskan melayani di Aceh
Awalnya dia ingin menolak, tentu saja, pelayanan di Aceh tidak akan mudah
Bahkan dia berpikir, “jangan-jangan aku dibunuh nanti di Aceh.”

Dia pun berdoa kepada Tuhan
Dan Tuhan menguatkan panggilan untuk pendeta itu
Akhirnya pendeta itupun bersedia diutus ke Aceh

Hari pertama di Aceh, dia langsung merasakan ketakutan
Saat itu dia hendak makan di suatu rumah makan
Saat dia akan makan, tentu saja, dia berdoa
Awalnya dia ragu, apakah mau berdoa lipat tangan tutup mata
atau berdoa secara kontekstual, membuka mata, dan tidak mencolok
Tetapi Tuhan menguatkan hatinya
Walau sedikit takut, dia berdoa, melipat tangan, dan menutup mata

Setelah dia menyelesaikan doanya, dia membuka matanya
Seorang berbadan besar, tinggi, dan hitam memandang tajam kepadanya
Orang itu langsung berbicara dengan nada besar dan kasar kepada dia
“Kamu orang Kristen yah???”

Pendeta itu kaget dan sontak menjadi sangat takut
Dia benar-benar merasa mungkin saat itu adalah akhir dari hidupnya
Dia pun bergumul
Apakah dia mau berbohong dan menyangkal imannya
Atau dia tetap yakin mendeklarasikan imannya di hadapan orang itu
Dia berdoa sekali lagi dalam hati dan Tuhan menguatkan imannya
Dia berkata, “benar, saya seorang Kristen.”

Tahukah kau apa yang kemudian terjadi?
Lelaki bertubuh besar itu kemudian berkata:
“Akkhhhh kauuu, akupun orang Kristennya, sinilah kau jangan jauh-jauh,
makan sama-sama kita… jadi tinggal di mananya kau?”

Mengetahui kenyataan yang sebenarnya, pendeta itu lega seribu lega
Dia benar-benar bersyukur kepada Allah, karena Tuhan menguatkan hatinya
Hampir saja dia kalah dan menyangkal imannya

Singkat cerita, dia bersahabat dengan orang Kristen Batak itu
Dan dia menginap di rumahnya
Dan dari persahabatan itu, dia memiliki akses cukup luas untuk melakukan pelayanannya

Dia pun mulai membangun pelayanan di Aceh
Dia bertemu dengan saudara-saudara seiman di Aceh
Dan mereka membentuk persekutuan yang indah dan penuh sukacita

Tetapi, pelayanan di Aceh tidak semudah pelayanan di tempat lain di Indonesia ini
Tidak jarang mereka dilarang beribadah di tempat mereka
Penolakan sudah menjadi hal yang biasa mereka terima di sana
Tetapi justru hal itulah yang menguatkan mereka

Singkat cerita lagi…
Bulan Desember pun tiba
Artinya, persekutuan itu akan segera merayakan Natal
Pendeta itu bertekat…
“Apapun yang terjadi… Kita harus merayakan Natal di Kota Banda Aceh.”

Mereka pun, dengan penuh semangat dan sukacita, mempersiapkan segala sesuatu
Ketika hari semakin mendekati 25 Desember 2004, semua persiapan hampir selesai
Akan tetapi ada kabar mendadak, pimpinan gereja meminta pendeta itu segera pulang
Pendeta itu kaget
“Mengapa setelah semua ini… mengapa ketika persekutuan indah ini telah terbangun,
mengapa ketika hari Natal… mengapa harus sekarang?”

Pendeta ini awalnya menolak
Tetapi sekali lagi pimpinan itu memberikan pesan yang tegas, pendeta itu harus kembali
Pendeta itu kembali berdoa
Dan Tuhan berkata kepadanya, “taatlah, anakku, tinggalkanlah Aceh.”
Akhirnya, pendeta itupun menyetujuinya
Dia harus meninggalkan jemaatnya di Aceh, walau dengan sangat berat hati
Pendeta itu mengaku, jujur dia agak kesal dengan hal itu
Tetapi dia tetap patuh

Jemaat itu kini “sendirian”, tanpa gembala mereka
Akhirnya, Natalpun semakin mendekat
Tetapi tiba-tiba ada peringatan keras dari suatu oknum di Aceh kepada mereka
bahwa mereka dilarang keras merayakan Natal di kota

Mereka tidak berdaya, mereka tidak mau memberontak
Akhirnya, jemaat kecil itu memutuskan untuk merayakan Natal di atas gunung
Dan mereka pun bersama-sama berangkat naik ke gunung di 25 Desember 2004

Dan siapa menyangka
Di pagi buta, 26 Desember 2004,
Tsunami memporak-porandakan Aceh
Bangunan-bangunan runtuh
Ratusan ribu orang tewas
Tetapi mereka selamat, bahkan bisa dengan tenang merayakan Natal
karena mereka berada di atas gunung

Mengetahui hal itu
Sang pendeta hanya bisa merenung
“Seandainya aku tidak taat, seandainya aku menolak pergi dari Aceh,
pasti kami akan tetap merayakan Natal di kota,
dan pasti kami semua akan binasa terbawa tsunami itu.”

10917303_10152658067571961_1433694180249797637_n

Mendengar kesaksian beliau
Aku hanya bisa terdiam

Tidak ada yang mengerti, apa maksud Allah akan tsunami itu
Mengapa tsunami itu harus terjadi di Aceh
dan mengapa harus di 26 Desember, satu hari setelah hari Natal,
mengapa tidak di tanggal 25 saja?
Hmmm…
kita akan tanyakan itu saat kita bertatapan muka dengan muka dengan-Nya di surga kelak

Yang aku tahu
Hatiku benar-benar kagum kepada kebesaran Allah
Betapa Dia menuntun anak-anak-Nya
Layaknya seorang gembala,
yang melindungi domba-dombanya dari cengkraman singa dan serigala

Dia menyelamatkan umat-Nya, yang dikasihi-Nya
Dia membela mereka
Lebih dari itu
Dia rela turun dan menjadi manusia
Mati untuk menebus dosa anak manusia
Supaya mereka tidak binasa
Melainkan yang percaya kepada-Nya, akan beroleh hidup yang kekal

Semoga kesaksian ini memberkati
Dan semoga Tuhan mengizinkanku lebih lagi membagian semua kesaksian yang pernah kudengar
Ketika aku mendengarkan suatu kesaksian
Di saat yang sama, aku bertanggungjawab membagikannya kembali

Mari kita saling mendoakan supaya kita bisa terus bersaksi
Sebab oleh darah Anak Domba dan oleh kesaksian kita, iblis dikalahkan
(Wahyu 12 : 11)

10649828_695933560505194_8158791810739258945_n

Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun,
di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara.
Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya,
dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.
~Ulangan 32 : 10~

Tuhan Yesus mengasihi Saudara…
apapun agama Saudara, Yesus selalu menanti Anda  ^___^

7 thoughts on “Kesaksian dari Tsunami Aceh

  1. Kesaksian yg sejati adalah ketika nama Tuhan dikumandangkan dan dimuliakan, bukan ketika diri dimuliakan…
    Di situ kita bisa melihat yg mana kesaksian sejati, yg mana kesaksian yg “dipakai setan”. Dalam suatu kesaksian yg sejati, kasih Tuhan harus dinyatakan bersama dengan keadilan Tuhan (penghakiman Tuhan).
    Kalo dalam suatu kesaksian, hanya kasih yg dinyatakan, kita jatuh ke dalam iman kepada Tuhan sinterklas.
    Kalo hanya penghakiman yg dinyatakan, itu menakut-nakuti orang namanya.
    Harus berimbang… haha..

    • Thanx Bro Chow buat komentarnya 🙂

      Izin meng-clear kan yah
      Kata “bukti” yang aku gunakan di sinilah adalah kata “bukti” yang biasa kita gunakan
      Menurut dan setahuku, “bukti” adalah sesuatu yang harus ditunjukkan supaya seseorang yang awalnya “tidak percaya” dan “tidak tahu” menjadi “percaya” dan “tahu”

      Dengan demikian, brdasarkan definisi itu, “bukti” kepada Allah tidak akan berfungsi apa-apa
      karena Allah Maha Tahu, bahkan Dia lebih tahu dibanding manusia itu sendiri,
      Allah tidak perlu bukti yang membuatnya dari tidak percaya pada manusia, menjadi percaya bahwa manusia mengasihi Dia

      Nah, aku mengerti maksdmu saat kau mengatakan “Kasih itu HARUS ada pembuktian”
      Nampaknya definisi “pembuktian” yang kita pakai berbeda
      Pembuktian dalam definisiku adalah seperti penjelasan di atas
      Dan jika aku harus membahasakan kembali perkataanmu, aku tidak akan mengatakan “Kasih itu HARUS ada pembuktian”
      tetapi aku akan mengatakan “Kasih itu HARUS terpancar”
      Semoga kau mengerti maksdku 🙂
      Kita cuma berbeda definisi

      Dan untuk “Kasih itu SPONTAN”
      Sekali lagi, nampaknya ini juga perbedaan kosakata
      Spontan maksudku di sini adalah sesuatu yang tidak diada-adakan
      Dari sudut pandang Allah, Allah “mengaruniakan”kasih itu kepada manusia
      Dari sudut pandang manusia, manusia “menerima karunia” …
      nah menerima karunia itulah yang kubahasakan sebagai Spontan di sini

      Spontan yang kupakai tidak bermaksud mengatakan bahwa “Kasih itu tidak perlu dikerjakan”
      melainkan “Kasih adalah karunia, jadi tidak bisa diada-adakan”

      AKu rasa udah jelas deh yah
      Thanx so much Bro… tetap membara 😀

  2. yang kudengar dari orang tua ku dan masuk di dalam hati yang paling dalam tuhan tidak pernah akan lagi menurukan air bah knapa smua bisa terjadi
    tuhan allah bapa putra roh kudus ajari aku tuk mengerti arti dari semua ini 😥

    • Bro Andreas…

      Iya, Tuhan kita pernah berjanji tidak akan menurunkan air bah seperti zaman Nuh lagi dan Ia tidak akan pernah membatalkan itu.

      Kejadian Tsunami, termasuk yg terjadi di Aceh kmrn itu memang luar biasa menghancurkan.
      Tapi benar-benar tidak bisa dibandingkan dgn peristiwa Air Bah di mana seluruh muka bumi dilanda banjir bahkan sampai setinggi gunung…

      Kejadian di Aceh dan tsunami di tempat2 lain mungkin tidak sampai 1% dibandingkan apa yg terjadi di zaman Nuh…

      However, tetaplah berdoa agar Allah berkasihan dan tidak melanda manusia dengan bencana tsunami lagi. Tapi kalau memang Ia mengizinkan tsunami terjadi lagi, biarlah kita diberikan hati yang siap dan tetap mengasihi-Nya apapun yg terjadi.

      🙂

  3. Ini bnr an ato hoax? Kalo bole tau siapa nama pdt yg dimaksud? Ak cari tidak menemukan brita apapun ttg kebenarannya.

    • Saya menuliskan apa yang saya dengar Mas. Tidak ada saya tambah2kan sama sekali. Mengenai nama pendetanya saya tidak ingat sama sekali Mas dan tidak pernah bertemu lagi. Mengenai Mas tidak menemukan berita apapun yg seperti ini, mungkin krn yg bersangkutan lebih memilih untuk menceritakan pengalamannya secara verbal saja dan tdk dia publikasikan di media manapun. Adapun cerita ini bs ada di blog ini krn saya berinsiatif membagikan pengalaman beliau.

      Mungkin segitu yg bs saya jawab ya Mas.
      Salam

  4. Saat ini umurku 36 th, dan dulunya aku seorang muslim, tetapi 3 tahun yg lalu aku menerima Yesus sebagai juru selamat bukan dari kesaksian orang lain ataupun bukan dari usahaku membaca alkitab..tetapi saat itu Yesus benar2 menyatakan mukjizat dan kasih nya kepadaku..Dia lah Tuhan yang sanggup menyembuhkan sakit leverku yang sudah akut..dan Dia lah Tuhan yang sanggup memulihkan kehidupanku yang dulunya hidupku tidak baik, suka miras, main perempuan, suka menipu orang, suka konsumsi obat2an, pokoknya hidupku dulu penuh dengan perbuatan dosa. Tetapi setelah aku mengenal Yesus dan menerima Dia sebagai juru selamatku, aku merasakan pemulihan yg luar biasa, aku merasakan kesembuhan dan suka cita, hatiku senantiasa merasakan damai sejahtera..seolah-olah aku merasakan kemenangan dalam hidupku, aku tidak lagi dibelenggu oleh perbuatan dosa. Aku sangat bersyukur menjadi pengikut Yesus Kristus, karena hanya di dalam Dia aku mendapatkan kasih karunia dan keselamatan.. Yesus Kristus Dialah Tuhan yang hidup, Dia lah yang awal dan yang akhir..Kasih Nya setia dari dulu, sekarang, dan selamanya..Amen
    Tuhan Yesus Memberkati..

Leave a comment